Wednesday, January 12, 2011

Kabar yang Mengejutkan (Chapter Two)

"Selamat sore Mrs. Drew. Bagaimana pilek anda apakah sudah membaik?"
"Oh, terima kasih sekali dokter Albert. Sudah jauh membaik dibandingkan saat pertama kali aku kemari. Obat darimu memang paling cocok untukku."
"Syukurlah kalau begitu. Mungkin untuk menuntaskan penyakit Anda, saya perlu memberi Anda obat yang sama untuk dua hari lagi. Lalu akan saya tambah vitamin untuk membantu tubuh Anda menghadapi cuaca yang tidak bersahabat ini. Apakah ada keluhan yang lain?"
"Kurasa itu cukup dokter Albert. Terima kasih banyak."
"Baiklah Mrs. Drew. Selamat sore."

Keluarlah wanita pendek bertubuh gempal itu dari ruang praktek dokter Albert. Rambutnya yang ikal sudah berwarna putih merata dimakan usianya yang sudah menginjak 71 tahun. Mrs. Drew, pasien favorit seorang dokter muda yang bertugas di rumah sakit pemerintah di tengah kota Nantes yang bernama Albert. Usianya baru 30 tahun esok Desember. Namun prestasinya yang gemilang membuatnya memperoleh pekerjaan yang sekarang dijalaninya. Seorang dokter muda yang gagah dan tampan dengan mata berwarna bak buah anggur yang sangat indah sewajarnya menjadi impian wanita-wanita di sekitarnya, dan begitulah dokter Albert. Setiap kali ia berjalan dihadapan sekumpulan wanita maka mereka akan bertingkah seperti anak kecil yang mencari perhatian orang tuanya supaya dibelikan mainan. Dan setelah sang dokter berlalu maka mereka akan tertawa-tawa kecil nan nakal dibelakangnya.

Namun dokter Albert bukanlah orang yang terlena dengan itu semua. Dia tahu tak jauh dari tempat prakteknya ada seorang bidadari setia yang selalu menanti dan mengharap kehadirannya.

Jam di ruang praktek sudah menunjukkan waktu pukul lima lewat sepuluh menit; sepuluh menit dari waktu praktek dokter Albert. "Ah, penghujung hari. Waktu yang paling kusukai." gumam dokter Albert dalam hati. Segeralah ia merapikan berkas-berkas dan memasukkannya ke dalam tas kulit berwarna coklat hadiah dari sang kekasih yang selalu dibawanya setiap kali praktek. Stetoskop, pena, pengukur tekanan darah, dan beberapa lembar kertas lainnya tak lupa ditata di dalam tas itu. Saat dia sibuk dengan barang-barangnya, tiba-tiba perhatiannya teralih pada sebuah kertas kecil berwarna kekuningan seperti warna keju. Kertas itu hanya berisi beberapa kata pendek yang ditulis dengan pena warna biru. Tulisannya khas. Bulat rapat dan rapi. "Satu minggu tidaklah lama. Kutunggu dirimu disini. Dengan cinta, Anne." Sebuah note dari Anne yang dititipkan ke salah satu pegawai rumah sakit yang bertetangga dengannya untuk diberikan pada dokter Albert dua hari yang lalu. Satu minggu adalah waktu yang perlu dilalui sebelum Albert kembali ke Pornic dan bertemu Anne.

Teringat dirinya akan sebuah hadiah. Sebuah bola kaca berisi foto Albert dan Anne di ladang anggur tak jauh di pinggiran Pornic. Bola kaca itu berisi campuran larutan fosfor yang menyala dalam gelap dan dihiasi dengan butiran-butiran putih yang akan membentuk hujan salju jika digoyangkan. Bungkusnya diberi tulisan dengan glitter "Sebagaimana bola ini bercahaya dalam gelap, semoga hadiah ini selalu mampu menerangi hatimu". Satu minggu lagi, Albert.

Sepeda angin hitam mengkilat itu menjadi teman sehari-hari Albert di jalan. Apartemen Albert cukup dekat, hanya 20 menit dengan sepeda. Karena itulah dia tidak membeli mobil selain "Sepeda lebih sehat dan aku suka sensasi terpaan angin di wajahku" kata Albert jika ditanya tentang sepedanya. Sepeda itu pula yang menemani hari-harinya kuliah kedokteran dan menjadikannya seperti saat ini.

Sore hari saat para pekerja pulang dari tempat kerjanya masing-masing menjadikan jalanan Nantes cukup padat. Beberapa mobil di tengah jalan bak penguasa, sepeda-sepeda angin berlarian meliuk-liuk cepat seperti ular yang mencari mangsa, dan orang-orang yang berjalan kaki di sisi jalan dengan bayangan gedung-gedung tinggi sebagai payung mereka dari cahaya kekuningan matahari senja yang masih mampu menyusup di sela-sela. Berbagai jenis orang dengan berbagai kesibukan dapat ditemui di jalanan itu setiap sore. Diantaranya adalah pria gemuk kekar dengan kumis dan jenggot hitam lebat lengkap dengan helm merah menyala menandakan dirinya seorang pekerja konstruksi. Wanita pelayan restoran Italia yang berjalan dengan jaket abu-abu dan syal hitamnya. Dan seorang dokter muda bersepeda angin.

Sampailah Albert di suatu bangunan yang disebutnya "rumah" yaitu apartemen empat lantai yang dicat coklat dengan sebuah pintu besar. Di dalamnya ada ruang tamu kecil dengan beberapa kursi berlengan yang nyaman selain meja tempat penunggu apartemen itu. Ternyata salah satu kursi diduduki oleh seseorang yang dikenal Albert; Gael.

"Halo Gael. Bagaimana harimu?" sapa Albert.

"Ah Albert, kau tahu diriku benci cuaca seperti ini. Mungkin seharusnya aku pindah ke daerah yang lebih hangat. Lihat hidungku sudah merah strowberry seperti Bamby si rusa"

"Hahaha.. Ternyata penyakit musiman mu belum hilang juga, Gael. Baiklah aku akan kembali ke kamarku. Apakah kau mau mampir?"

"Oh tidak, tidak perlu. Di sini sudah cukup."

"Baiklah.. Sa-" sebelum Albert menyelesaikan kalimatnya, Gael tiba-tiba memotong kata-kata Albert.

"Begini Albert, maafkan aku. Aku mendapat kabar dari kepolisian distrik Pornic bahwa Anne kekasihmu ditemukan tewas di kamarnya. Dia sepertinya bunuh diri."

Bersambung :-D

No comments:

Post a Comment