Saturday, December 18, 2010

Kamar yang Terkunci (Chapter One)

Hujan gerimis nan gelap terus turun di dataran tinggi Perancis sejak sore tadi. Barisan batu alam yang menjadi jalan setapak pedesaan Pornic di sebelah barat Nantes sudah menjadi cermin air yang memantulkan cahaya remang-remang lampu jalanan. Dinginnya udara di akhir November menambah suramnya suasana senja desa itu. Tak ada sorakan anak-anak bermain bola di hamparan rumput milik Monsieur Jaime atau dentingan sendok beradu dengan cangkir dari kumpulan ibu-ibu yang minum teh di teras Madam Elise.

Marie berjalan dengan tergesa-gesa sambil memegangi topinya yang nyaris terbang. "Angin sialan." batinnya dalam hati. Untung baginya, dia sudah sampai di ambang pintu rumahnya. Kehangatan perapian ditemani sup dan secangkir coklat panas sudah membayang di benaknya. "Ah, mandi air hangat akan sangat menyenangkan".

Pintu tua yang terbuat dari kayu hazel menyambut Marie di depan rumahnya. Rumah itu sudah berusia 150 tahun namun masih sangat indah. Bangunannya bergaya khas klasik lengkap dengan sebuah cerobong asap besar di bagian belakangnya. Bagian depan rumah adalah sepetak taman kecil yang dibelah oleh sebuah jalan setapak berbatu yang berujung di tiga buah undakan kayu menuju ke teras kecil tempat sepasang kursi malas berada.

Masuk ke dalam rumah, hal pertama yang selalu menjadi perhatian adalah sebuah lampu gantung dari abad ke 15. Rumor mengatakan bahwa lampu itu merupakan salah satu jarahan saat masyarakat menyerbu Versailles di masa Louis XIV. Keindahan lampu hias lima tingkat dengan untaian kristal imitasi yang memantulkan cahaya dari 40 buah lampu ini sungguh elegan dan menakjubkan.

Namun tidak di malam itu.

Marie yang masuk ke rumah basah kuyup terkejut ketika mendapati rumahnya gelap gulita. Tak setitik pun cahaya menerangi. "Anne! Mrs. Rivenna!" Marie memanggil dua penghuni rumah lainnya, namun hanya dijawab oleh gema dan keheningan.

Marie berjalan masuk lebih dalam sambil menyalakan lampu-lampu. Sedikit cahaya sangat membantu mengusir rasa takut walaupun tidak seberapa. Instingnya mengatakan dia harus pergi ke ruang makan, dan dia menurutinya. Namun hasilnya nihil. Marie terus memanggil Anne dan Mrs. Rivenna. "Anne! Berhenti bergurau! Apa yang kau lakukan?! Keluarlah!" namun semua usahanya tidak merubah apapun.

Kecemasan makin meliputi hati Marie. Dari ruang makan dia berjalan menyusuri koridor berhiaskan rak yang berisi bermacam-macam hiasan kaca dan foto keluarga menuju ke kamar Anne di ujung koridor.

Terkunci.

"Anne!" tak ada jawaban dari dalam. Ketika Marie akan berbalik ke kamarnya, dia melihat sesuatu yang aneh di pintu "Darah!" pikirnya. Saat itu juga dia berlari ke rumah Mr Heindrich untuk meminta tolong.

Datanglah Mr Heindrich dan anaknya Joleon. Marie memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Anne karena dia melihat ada yang tidak beres dengan adanya noda darah di pintu.

Joleon mengambil jarak dari pintu, dan dengan segenap kekuatan menghempaskan tubuhnya yang tinggi besar ke pintu. Dan pintu pun terbuka.

"Oh Tuhan"



Bersambung :-D

short post :D

seems like i have to step back with a dead-slow pace before i move forward too far deh. Gotta change my principal though. Wakakakaka.. :D

Sunday, December 12, 2010

Nayna

Aku hanya bisa menangis dan berteriak sambil memanggil namanya di dalam hati kecilku. “Nay, Nay, Nay. Mengapa kau harus datang dalam hidupku?”

Lalu kuingat kembali, ternyata dia memang selalu ada dalam hidupku sejauh yang kuingat. Dulu saat kami masih TK, bisa dianggap kami adalah teman. Takdir kembali mempertemukan kami di SD. Bahkan aku punya beberapa foto kelas untuk membuktikannya. SMP pun tak jauh berbeda, kami kembali menjadi teman sekelas. Di SMA pun kami masih terus bersatu. Aneh memang, tapi Tuhan berkehendak demikian. Tapi, mata hatiku tak menyadarinya. Aku terlalu sibuk dengan kompetisi basketku dan mengikuti perkembangan gadget terbaru. Bisa dibilang, aku tenggelam dalam “kehidupan para cowok.” Tapi sekarang setelah aku dekat dengan seorang wanita yang sempat mengisi relung hatiku, tak ada hal lain yang ingin kulakukan selain terus menangis dan meratapi kejamnya cinta kepadaku. Tak biasanya aku bertingkah seperti ini. Tapi, hal ini terjadi setelah aku jatuh cinta selama satu semester ini. Dan rasa sakitnya sama sekali tak tertahankan. Aku takkan anggap hal ini indah: semua yang kutahu tentang dia, cinta dan wanita telah kupelajari selama 6 bulan ini. Karena rasa sakit yang ditinggalkan lebih dahsyat dari perasaan yang kurasa saat kami bersama. Saat berusia 18 tahun dan dimabuk indahnya cinta, enam bulan terasa seperti seumur hidup. Sebelum hari ini aku bahagia. Namun, karena omong kosong cinta enam bulan yang lalu kebahagiaan itu lenyap seperti lenyapnya buih di atas air.

Sebenarnya, hidupku penuh dengan warna. Les bahasa Inggris, main video game dan nongkrong dengan kawan-kawan menjadi hobiku setelah basket. Aku dan ayahku telah sepakat bahwa aku akan menjadi Tiger Woods-nya basket SMA. Dan ayahku sebagai pelatih pribadi terbaik buatku. Walaupun sebenarnya ayah sama sekali ngga punya modal apapun untuk jadi pelatih basket yang baik, namun ayahku punya semangat untuk terus teriak-teriak di pinggir lapangan mengkritik setiap langkah yang salah dari diriku. Perjalanan hidupku tak pernah jauh melenceng dari hal-hal tadi. Menurut teman-teman, aku mempunyai kehidupan yang indah. Aku pun setuju, seandainya gadis bernama Nayna itu tidak datang ke hatiku.

Kisah datangnya Nayna ke dalam hatiku dimulai suatu sore. Langit hitam kelam dan hujan turun seperti tangis anak Adam di pemakaman. Angin pun seperti sudah lelah untuk bekerja menghalau awan tadi. Akhirnya bumi harus pasrah dimandikan jutaan galon air dari langit saat itu.

“Yah, minggu depan si Deni ultah ni... Dia ngajak kita sekelas ke villa bapaknya di Puncak. Boleh ya?” kataku pada ayahku.

“Sekelas? Banyak amat? Mana cukup villa ayah Deni buat temen kamu sekelas?”
Ayahku selalu lupa kalau yang namanya kelas internasional di sekolahku hanya diisi oleh 20 anak super gokil yang hidup di zaman ini.

“Yah, Ayah kan tau, bapaknya Deni itu bos minyak dari Medan! Yang mereka bilang villa itu sebenernya sama mewahnya dan sama gedenya dibanding rumah tinggal mereka Yah. Ayah pernah kan di undang resepsi Kak Uci di rumah Deni. Lagian temen sekelasku kan Cuma 20 orang.”

“Terus, kamu mau berangkat hari apa, naik apa, sama siapa, dan kapan pulang?”
Sifat ayah yang sangat hobi menginterogasi orang dengan jutaan pertanyaan kumat lagi. Aku berkata dalam hati “Sabar Yud, demi liburan besok.”

“Urusan transportasi dan segalanya sudah diurus si Deni. Mobilnya aja ada tiga. Beres deh Yah. Oh iya, kita berangkat hari Jumat sore, pulang hari Minggu sore. Senin sudah bisa sekolah Yah.” Jawabku. Sekolahku hanya menggunakan 5 hari untuk kegiatan sekolah, sehingga hari Sabtu dan Minggu sekolahku libur.

“Ok. Pokoknya sekolah kamu tetap jadi prioritas dan ngga kamu lupakan. Gak ada alasan untuk absen hari Senin. Satu lagi, jangan terlalu capek di sana. Awas kalau kamu sakit!”

“Beres Yah! Thanks ya!”

Hari pun berlanjut menggiringku ke penghujung siang pada hari Jumat yang telah lama kunantikan. Ketika aku sampai di rumah Deni, sudah ada si Rivan dan Fadlan yang asyik ngusilin kucing Deni yang lucu. Kami dengan sabar menunggu datangnya teman-teman yang lain. Satu, dua, tiga, dan seterusnya teman temanku mulai bermunculan. Tiba-tiba kulihat di ambang pintu seorang gadis dengan rambutnya yang hitam terurai yang sudah tidak asing bagiku, Nayna berjalan ke arah kami yang sedang nyanyi-nyanyi parau tanpa melodi yang jelas.

“Sorry ya, aku baru datang. Pak Heri telat jemput aku.”

Aku merasa senang melihat wajah imut familier itu diantara puluhan wajah yang mayoritas mencerminkan kenarsisan dan kenorakan.

Perjalanan ke puncak pada hari itu benar-benar luar biasa macet. Namun semuanya tidak terasa karena selama di mobil kami terus mendengarkan ocehan Deni yang tak henti-hentinya mengocok perut kami. Si Feni aja sampai hampir muntah karena tersedak saat Deni menceritakan tentang temannya di Bali yang belajar surfing dengan orang gila. Tak terasa, 4 jam perjalana sudah kami lalui. Sesampainya di sana kami langsung makan malam dan menghabiskan waktu malam dengan main poker atau tebak-tebakan, kemudian setelah semuanya lelah, 20 anak itu pun jatuh ke dalam buaian mimpi di malam yang dingin menggigit di Puncak.

Hari pun berganti. Sabtu itu kami habiskan dengan jalan-jalan di sekitar kawasan Puncak. Kemudian hari kembali berputar membawa kami ke penghujung hari pada setiap minggunya, hari Minggu; hari terakhir kami di Puncak. Deni mengumpulkan kami semua di halaman rumahnya yang sebesar lapangan tenis di pagi buta. Hampir semua anak turun mengenakan piyama masing-masing lengkap dengan rasa ngantuk yang ada. Minni melengkapi kostumnya dengan membawa serta bantal yang dia pakai tidur malam itu.

“Teman-teman, hari ini kita main-main!! Udara segar di pagi hari seperti ini jangan hanya kita lewatkan dengan bermalas-malasan! We play the game!!” seru Deni dengan sangat bersemangat. Namun tampaknya semangat Deni tidak disambut dengan baik oleh anak-anak yang lain. Bisa dilihat beberapa wajah-wajah ngantuk menutup mulut saat menguap ketika mendengar “kuliah subuh” Deni. Deni berkata lagi, “Silakan masing-masing kalian cari pasangan untuk game ini. Kita main game bakiak untuk menyegarkan badan terlebih dahulu!”. Kemudian segara saja tubuh-tubuh malas itu bergerak mencari pasngan untuk menuruti kemauan Deni. Petaka terjadi ketika aku tidak menemukan seorang pun datang menghampiri aku untuk meminta menjadi pasanganku. Dua puluh detik yang penuh siksaan. Lalu kulihat Nayna mengalami hal yang sama denganku. Dia pun melihat ke arahku kemudian tersenyum dengan manis dan bertanya, “Yudha, kamu mau kan main sama aku?” Wow. Baru kali ini aku berhadapan langsung dengan Nayna dalam keadaan seperti ini. Aku merasakan sesuatu yang lain dari biasanya; tak tahu apa. Di dalam hati aku berkata “Gile! Gua nggak pernah tau kalo cewek bisa secantik ini!” Di dalam dadaku berkecamuk berbagai pikiran positif maupun negatif. Tanpa bisa berucap apa-apa lagi, akhirnya kukatakan dua huruf yang menurutku menjadi awal siksaan batinku, “Ok.”

Aku sama sekali tak bisa mengkonsentrasikan diriku dengan keadaan sekitar. Briefing Deni sama sekali tak kuhiraukan. Kecantikan Nayna membuatku seakan terbius menjadi selemah semut kecil. Geraian rambutnya yang harum sesekali membuai wajahku ketika Nayna memutar badannya saat berbicara denganku dan Fadlan. Puncaknya terjadi ketika giliranku dan Nayna untuk bermain tiba. Nayna memilih posisi di depan, aku mendapat jatah di belakang. Pikiranku masih terus melayang tidak jelas. Seorang Nayna yang sekarang berdiri di depanku seakan menjadi cewek pertama yang aku temui di muka bumi. “Heran, ni anak kan udah lama gue kenal. Kenapa sekarang gue jadi ngerasa aneh gini sih?” sebuah pertanyaan dari dalam diriku yang tak terjawab saat itu.

Start dimulai. Beberapa detik kemudian aku jatuh terjerembab karena kehilangan keseimbangan bakiak. Anehnya, rasa sakit yang kurasakan langsung hilang karena tembok pertahanan di hatiku juga runtuh karena pesona Nayna. Kakiku terkilir. Timku kalah. Semuanya tidak terasa sakit atau mengecewakan karena terbius dengan keindahan makhluk yang sekarang berdiri di depanku.

“Kamu ngga apa-apa kan Yud?” kata Nayna yang dikerumuni semua anak.

“Ngga apa-apa kok. Cuma terkilir sedikit. Nanti juga sembuh.” kataku. Kakiku terkilir, dan aku harus dibantu untuk bangun kemudian berjalan balik ke villa.
Aktifitas hari itu berakhir. Waktu-waktu berikutnya di puncak kami habiskan untuk menghabiskan semua bekal yang ada dan beristirahat untuk mempersiapkan diri memulai minggu baru yang penuh kisah.

* * *

Di sekolah, aku terus memikirkan kejadian kemarin. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan semuanya pada sahabat terbaik yang pernah kupunya, Rendy. Dengan segenap pengalaman tentang cinta yang dimilikinya, Rendy pun akhirnya menyarankan aku untuk langsung “nembak” Nayna.

“Yudha.....Yudha, mendingan lo langsung aja tembak tu cewek. Pasti dia nggak nolak. Tampang lo kan lumayan, kepribadian bisa ditawar, duit tebel, terus dia mau nuntut apa lagi? Udah deh, percaya sama gue.”

“Ren, gue nggak tau cara nembak cewek. Ngadepin cewek dalam kondisi seperti itu aja perut gue mules!”

“Tenang Yud, Rendy siap membantu.”

Setelah kursus kilat selama seminggu tentang cara memperlakukan dan nembak cewek dari Rendy, akhirnya aku mengatur waktu yang tepat untuk nembak. Bisa dibilang usahaku cukup gila karena semua ini berlangsung terlalu cepat menurutku, dan lagi aku dan Nayna selama ini hanya menjadi teman yang tidak spesial. Hanya saja, selama seminggu ini aku melakukan pendekatan yang intensif supaya tidak terlihat terlalu norak. Walaupun agak janggal, “Tapi, apa salahnya dicoba!” begitu kata Rendy.

* * *

Hari “H” tiba. Menurut rencana yang sudah kubuat, Nayna akan “kutembak” sepulang sekolah.

Sepulang sekolah, pada hari kamis yang panas suara degup jantungku mungkin bisa mengalahkan suara marching band anak TK saking kerasnya. Perutku mual tidak karuan rasanya. Rendy yang terus berkicau tentang macam-macam hal tidak bisa menenangkan perasaanku. Lebih tepatnya Rendy memperparah kacaunya diriku karena dia malah bercerita tentang sakitnya ditolak oleh cewek pujaan hatinya. “Oh Gosh” batinku.

Aku tampil necis dan wangi untuk satu tujuan: Nayna. Dia keluar dari kelasnya bersama Ninda sahabatnya. Nayna tampak sangat manis dengan pita ungu yang menyibakkan sebagian rambutnya. Walaupun dia telah melalui hari yang berat dan panjang di sekolah, guratan keceriaan masih selalu terpancar dari wajah berlesung pipinya. “Nay, bisa ngomong sebentar?” kataku sambil mengedip kepada Ninda yang telah kuberitahu tentang rencanaku sebelumnya.

“Boleh.” jawabnya singkat.

Kemudian mulailah dengan sedikit berbasa-basi, aku keluarkan semua jurus-jurus ampuh yang sudah aku pelajari, aku sebutkan kata demi kata yang puitis persis seperti yang diajarkan Rendy pada Nayna yang tampak santai menanggapi diriku. Nyaris tanpa ekspresi! Dalam hati aku terus bertanya “Jangan-jangan aku dianggap gombal dengan kata-kataku ini? Nayna ngerti ngga ya maksud omonganku? Do I look good? Aku ditolak atau diterima?”

“So, aku tunggu jawabanmu.” aku tutup kata-kataku dengan kalimat itu.

Tak disangka, Nayna hanya tersenyum simpul sambil menjawab “Mungkin aneh juga sich, tapi.... okelah.”

AKU DITERIMA!! “Secepat itukah????? Tapi, peduli amat!” pikirku. Hatiku berbunga-bunga seindah bunga di Istana Bogor. Perasaan dalam hatiku tidak bisa diungkapkan. Nayna, temanku sejak TK akhirnya menjadi pelabuhan hati pertamaku. Kami berjalan beriringan meninggalkan sekolah. Kebahagiaan meliputiku serasa tidak ada ujungnya. Rasanya aku akan memberikan segalanya pada Rendy sebagai wujud terima kasihku atas sarannya.

* * *

Roda kehidupan terus berjalan seperti biasa. Hubunganku dengan Nayna sudah berjalan selama sekitar 5 bulan. Semuanya berjalan begitu indah. Nonton, tugas sekolah, jalan-jalan, hujan-hujanan, semuanya sudah kita lalui berdua dan semuanya terasa indah. Aku merasa dunia pun merasakan betapa bahagianya hatiku selama 5 bulan ini. Walaupun sesungguhnya ada sesuatu tak terduga yang sudah diambang pintu yang akan merusak segalanya, namun aku sama sekali tak menyadarinya sebelum segalanya terjadi.

Seperti biasa, siang itu aku mengantar Nayna pulang dari sekolah. Perjalanan sejauh hampir 4 km itu kami lalui nyaris dalam keheningan senyap. Tak banyak kata-kata yang bisa dibicarakan. Sesampai di rumah Nayna, aku memulai pembicaraan, “Minggu depan udah mid semester nih, Nay. Keliatannya seminggu ini kita ngga’ bisa hang out bareng dulu. Ntar selesai mid aku ajak kamu jalan-jalan lagi.”

“Iya deh.. Kita fokus buat mid semester dulu ya..”
Akhirnya kita janjian untuk selama seminggu tanpa chat dan smsan selain hal yang benar-benar penting. Walaupun aku sudah berpikir untuk curi-curi kesempatan sms untuk sekedar sok jadi motivator, tapi sebisa mungkin aku akan mencoba menepati janji yang kami buat. “Gentleman gituuu!!” kataku dalam hati.

* * *

Ternyata rindu karena cinta memang jauh lebih berat dari sekedar rindu biasa. Di hari Sabtu terakhir mid semester, akhirnya aku memutuskan untuk menelefon bidadariku.

“Halo.. Nay??”
Suara di seberang telefon serasa berat dan agak tertahan. Terdengar suara senggukan dan nafas yang agak tersengal-sengal.

“Nay? Haloo...”

“Yud, Chandra tadi ke rumahku.” jawab Nayna sambil masih terdengar menangis.

“Oh my God... Ngapain lagi tu anak?” tanyaku dalam hati. Chandra adalah mantan Nayna yang sudah dipacarinya sejak SMP. Mereka putus dengan sangat halus dan tanpa konflik, hanya karena mereka berpisah sekolah dan Nayna merasa bahwa sebaiknya Chandra lebih berkonsentrasi pada sekolahnya karena Chandra memang hanya merupakan murid berkemampuan rata-rata, namun harus diakui, berhati malaikat. Kuberanikan diriku untuk bertanya pada Nayna, “Trus, ada apa Nay?”

“Yud, sorry. Aku ngga’ bisa ngomong sekarang.”

Suara bip di handphone ku menutup malam itu dengan kegalauan yang dahsyat. Aku tak sabar menunggu sisa 10 jam rotasi bumi pada hari itu. Akhirnya kumatikan lampu dan kupejamkan mataku sambil terus memikirkan segala kemungkinan terburuk yang akan aku temui besok.

Pukul 8.15 pagi aku sudah menunggu di depan rumah Nayna dengan motorku yang baru kucuci bersih. Kemarin siang sepulang sekolah kami berencana untuk nonton pertandingan futsal kelas kami. Namun agaknya rencana indah itu akan lenyap karena kejadian semalam. Tak lama Nayna keluar dengan baju biru pucat ditemani dengan jaket jeans biru yang baru dibeli kemarin. Rambutnya dikucir ekor kuda dihias dengan dua buah jepit imut di kanan kirinya. Dia mengajakku masuk ke rumahnya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak. Aku masih bertanya-tanya, apa yang terjadi antara dia dengan Chandra malam tadi.

“Yud, langsung aja. Tadi malam Chandra ke sini.”suaranaya terdengar kuat dan dewasa. “Dia ngajak aku balikan. Dan aku terima.”

Diantara sepersekian nanodetik jeda antara dua kalimat terakhir, kepalaku rasanya dipukul oleh sesuatu sebesar gunung Bromo. Setelah kalimat kedua keluar, kurasakan pukulan itu membenamkan aku ke dalam suatu jurang tanpa akhir. Aku bingung mau berkata apa. Yang ada hanya semua memori indah aku dengan Nayna yang berseliweran di kepalaku. Tak kusangka, dia begitu cepat mengakhirinya.

“Oke Nay. Memang aku tau Chandra ngga akan bisa tergantikan. So, it’s okay!” aku mengeluarkan sebuah senyuman yang bahkan orang idiot pun tahu kalau aku memaksakan senyuman itu. Namun menurutku daripada aku berlama-lama diam seribu bahasa tanpa jawaban akan membuat Nayna merasa bersalah. Bagiku, lebih baik diriku tersiksa secara batin daripada harus merusak kebahagiaan seseorang yang tempatnya masih melekat dalam sanubariku.

“Sorry ya, Yud...”

“It’s okay, Nay. Selamat ya, kamu udah dapet orang terbaik buat kamu. Tapi buat aku, masih belum ada dan mungkin ngga akan ada orang yang lebih baik dari kamu.”

Kami berdua terdiam sejenak. Agaknya kami sama-sama salah tingkah. Akhirnya aku berkata “Jadi nonton kan Nay? Masih mau bonceng aku as a friend?”

“Yap. Ayo berangkat. Ntar si Fadlan marah lo kalo kamu telat.”

* * *

Selesai pertandingan aku langsung pulang tanpa menghiraukan selebrasi kemenangan tim kelasku. Hatiku masih berat untuk menerima kenyataan yang datang begitu cepat berubah. Sakitnya tak terhingga. Aku pulang kemudian menangis sejadi-jadinya seperti bayi di kamarku. Kusesali singkatnya keberadaan Nayna dalam hidupku.

Mengagumkan cepatnya waktu berjalan. Kemarin kukira dia milikku. Tapi kini aku sama sekali bukan siapa-siapa. Kuputuskan, bahwa hal ini harus segera diakhiri dan aku harus tetap hidup seperti sebelum ada seorang Nayna dalam hatiku. Kuyakinkan diriku bahwa esok pagi semua hal yang terjadi akan mengagumkan. Matahari akan terbit kembali dan siap untuk menerima manusia yang berusaha memulai langkah baru dalam hidupnya. Sekarang, bagiku hidup lebih dari sekedar seorang Nayna. Aku akan mulai lembar baru kehidupanku, namun tanpa seorang Nayna di sisiku.

NB: ni cerpen aku buat waktu masih kelas 1 sma :D

Friday, December 10, 2010

maaf, tapi aku emosi

Oke postingan ni isinya bakal sedikit meluap2 dan emosional. gara2 jumatan gak beres untuk kedua kalinya di satu masjid.

1. Khotib nya gak belajar rukun khotbah
yang namanya khotbah jumat tu mestinya jadi sarana berkumpulnya umat buat di ceramahi, diingatkan suru balik ke jalan yang bener, di kasi nasehat. setauku dari yang pernah ak pelajari gitu. makanya diadakan "pertemuan besar" setiap hari jumat tujuannya seperti itu. Saking pentingnya, sholat dhuhur yang 4 rokaat di syariatkan setiap hari jumat diganti dengan sholat jumat yang diawali 2 khotbah. Berarti khotbah nya kan penting banget.

Nah masalahnya sekarang adalah, kalo yang khotbah masi perlu belajar ngaji. insya Allah aku yakin deh kalo mas nya tadi ujian iqro jilid 6 sama ustadz ku SD dulu gak bakal lulus. suru ngulang lagi mesti. Dengan segala hormat dan penuh permintaan maaf mas, kalo mau khotbah belajar dulu ngaji yang bener. belajar baca bahasa arab ato pokoknya belajar dulu please. bukannya aku udah pinter, tapi kalo caranya khotib jumat yang jadi perantara risalah nabi gak bener,, ya pantes ae umat jaman sekarang kaya gini.

Aku idup di lingkungan yang sangat2 religius. alhamdulilah lingkungan ku penuh khotib2 berkualitas yang sangat2 tinggi. gak perlu profesor doktor sarjana islam atau Lc (gak tau apa artinya) atau model apapun yang penting mereka sangat mumpuni. logika jalan, syariat luar biasa manteb. karena terbiasa liat yang kaya gitu dan dapet "high class" khotib, jadi mohon maaf kalo aku sering apatis sama khotib2 yang ada.

back to Mr. Khotib. terus terang aku agak lupa sama rukun khotbah (kalo gak salah ada 6, dan salah satunya: mengucapkan rukun khotbah dengan bahasa arab. terus ada lagi: memberikan wasiat taqwa). nah yang jadi masalah di sini,, mas khotib yang baik hati tadi di khotbah kedua gak pake wasiat taqwa. padahal seingetku tu wajib di kedua khotbah dan termasuk rukun. masalah kan? nah terus,, di khotbah pertama dia gak ngasi ayat ato apapun tentang taqwa di muqoddimah nya DENGAN BAHASA ARAB. akhirnya buat aku khutbah dia gak sah karena gak lengkap rukunnya. nah akhirnya selesai jumat aku sholat dhuhur lagi dan niat insya Allah gak sekali2 sholat di situ deh :D

2. Mas Khotib belajarnya nya gak lengkap
nah timbul masalah lagi ni. mas khotib yang belajar ngaji tadi ngasi wasiat tentang ittiba' nabi,, tapi pake ditambahi masalah khilafiyah. haduuuuh,, ngapa juga bawa masalah gituan pas khutbah jumat? mending kalo udah kelebihan ilmu. dia bawa perkataan "Memuliakan nabi tapi tidak boleh mengkultuskan". mulai deh ni kaum2 gak punya mahabbah ngomong tentang rasulullah. mengkultuskan tu apa sih?? kata KBBI (kamus besar bahasa indonesia. ntar kalo d kasi kamus bahasa arab macem munawwir ato munjid malah mumet,, baca ae gak beres) mengkultuskan adalah: mendewa-dewakan; memuja-muja.

eh si mas ni pake bawa dalil lo! keren kan :D. dia bawa dalil tentang kisah nabi. waktu tu rasulullah dateng ke masjid,, pas tu sahabat lagi duduk2. mereka tau rasulullah dateng,, mereka pun berdiri (ni para sahabat tau akhlak. gak kaya orang2 sekarang cuma bisa koar2 kultus2 tapi gak akhlaq). terus rasulullah bilang kurg lebih: tidak usah kalian berdiri. aku hanyalah hamba Allah, maka perlakukan aku seperti hamba Allah lainnya. dengan dasar itu mas nya bilang: jangan panggil nabi muhammad dengan "Sayyid". ada beberapa poin:

1. sapa bilang kita mengkultuskan? yang ada kita memuliakan. woy mas khotib,, kalo sekali2 aku maen ke rumahmu trus ada bapak mu,, di depan bapakmu aku ngomong pake bahasa jawa kasar, trus manggil langsung pake nama, duduk kaya di warung, gitu kamu bakal terima gak?? apa kamu bakal bilang aku mengkultuskan bapakmu kalo aku ngomong pake bahasa kromo, trus manggil pake "bapak", duduk sopan, dll?? itu CUMA BAPAKMU!! bener rasulullah CUMA hamba Allah. tapi beliau HAMBA ALLAH PALING MULIA. pantes dong kalo aku mau muliakan beliau. gak boleh?? ke laut ae dah mas.

ni dengerin imam bushiri ngomong. FYI, imam bushiri ni sering banget mimpi ketemu rasulullah. kamu pernah lum mas?? guru mu yg jidat nya ada lebam2 tu pernah lum?? ni dengerin kata imam bushiriy:

دع ماادعته النصارى في نبيهم...وحكم بما شئت مدحا فيه واحتكم

فانسب إلى ذاته ما شئت من شرف...وانسب إلى قدره ما شئت من عظم

فإن فضل رسول الله ليس له...حد فيعرب عنه ناطق بفم

"Tinggalkanlah sebutan orang-orang diluar Islam pada nabi-nabi mereka. Tapi sanjunglah Nabi SAW sekehendak hatimu"
"Berikanlah sanjungan kemuliaan kepad dzat SAW sesuka hatimu. Berikanlah pengagungan kepada kedudukannya sesuka hatimu dalam mengagungkan"
"Karena sesungguhnya kemuliaan Rasul SAW tidak pernah akan mampu diucapkan secara lengkap oleh lidah yang berbicara"
kalo kamu atau guru2 kamu udah selevel imam bushiri, boleh lah di bantah. kalo belum gak usah repot2. mendingan belajar ngaji dulu sampe khatam iqro level 6

2. kisah berdirinya sahabat
kisah tu bener banget. termasuk kalam rasulullah. tapi hadits nya gak berhenti di situ. tau?? nha ni kalo orang2 picik gak punya akhlaq ngaji gak selesai,, akhirnya hadits dipotong2. mau tau lanjutannya?? check this out
setelah rasulallah berkata seperti diatas,, para sahabat kemudian duduk kembali kecuali sayyidina Hassan bin tsabit (sedikit review tentang sayyidina hassan: beliau adalah penyair nabi SAW. syair2 nya sangat disukai oleh rasulullah. kesimpulan: bersyair sesuai syariat itu boleh. pernah suatu ketika dalam sebuah peperangan,, sayyidina hassan diperintahkan oleh rasulullah untuk menggubah syair yang memancing amarah musuh. dan hasilnya apa sodara2?? ada musuh yang mati saking marahnya karena kata2 syair sayyidina hassan.) Sayyidina hassan tetap berdiri di temapatnya. kemudian rasulullah bertanya: kenapa engkau tidak duduk wahai hassan?? keluarlah syair yang sangat indah (syair ni bener2 sangat luar biasa kalo menurut aku)

واجمل منك لم ترى قط عين واكمل منك لم تلد النساء

خلقت مبرأمن كل عيب كأنك خلقت كما تشاء

mata ku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih indah dari dirimu
dan tidak akan ada seorang ibu yang melahirkan seseorang yang sesempurna dirimu
engkau tercipta bebas dari segala aib (keburukan)
seakan-akan engkau tercipta sekehendak dirimu

terus apa rasulallah bilang kalo sayyidina hassan yang tetep berdiri,, memuji sampai kaya gitu,, bakal masuk neraka?? ternyata sama rasulullah sayyidina hassan di kasi surban nya dan dicium oleh rasulullah. liat tu orang yang memuliakan nabi. tu masuk surga, dapet surban nabi, pake dicium juga. nha kalo orang yang muliakan gitu di bilang sesat,, sekali lagi ya: ke laut sana mas. gak usah keluar deh.

3. perlu belajar
aku perlu belajar. semua perlu belajar biar umat ni beres. gak usah banyak cuap2 kultus2 kalo ngaji ae gak bener. khotib oq gak tau rukun. ke laut sana khotbah sama aer.

belajar lah fiqih. biar ibadah nya beres. biar semua yang dilakukan sah secara syariat. biar gak bikin orang laen ragu. ayo to,, daripada ngomong yang tinggi2 bahas aneh2 cuma biar keliatan keren kalo ceramah, mending kita baca kitab aqidatul awam nya syech ahmad marzuqi. baca bidayatul hidayah nya imam ghozali. baca safinatunnajah nya syech salim. baca kitab yang enak2. yang bikin adem. gak usah baca kitab yang isinya cuma "gak ada dalilnya". yo genah gak ada dalilnya kalo baca dalil ae gak bisa. genah gak ada dalilnya kalo baca hadits setengah2. genah gak ada dalilnya kalo hati picik rasa cinta dan hormat sama rasulullah. masi banyak hal yang penting daripada sekedar gak boleh mengkultuskan dan gak ada dalilnya. oke mas?? hahahaha.. sip deh :D

mohon maaf sebesar2 nya kalo posting yang ni isinya sedikit emosional. tapi sesuai judul: maaf, tapi aku emosi.

Thursday, December 9, 2010

Happiest Moments of My Life (so far. hahahaha)

hellooooo :D. time for a rather cheer-up post here. hahaha.. usually i wrote about mind-tormenting stuffs coming from this cursed ever-thinking-melancholy brain, but for now i want to write about happiest moments throughout my colorful 19 years existence in this world. here comes the order

1. Mom's Word
One day i was sitting in front of my computer playing games or browsing or doing something i forgot while my mom was sweeping the house (don't say that i'm a bad son not to help my mom. i've done it before. trust me. hahahaha). We were chatting at that time, talking bout certain things (that i forgot too), until somehow she said the most wonderful quote i've ever heard, "Kau kalo mau liat saya, liato kadir. Kadir tu persis saya. Apa yang ada di saya, ada di kadir." translated: "If you wanna know me, look at kadir. he's just exactly similar to me. Any character i have, he has it." that's the first time she said it. but not the last. in a couple of occasions she repeated that words also. and she even added other people's opinion regarding to this similarity we have.

Why would i be so happy? Because my mom is one of the greatest person i ever met. If anyone i admire most, i can say that one is my mom. She's just close to perfection. i just wonder how great my grandpa was, because my mom is just the miniature of my grandpa. i found them as great people who knows who they are, what they should and should not do, and they have strong hearts. gosh, i'm out of superlatives to describe them. hahahahaha.. my mom, she's just unbelievably amazingly great.

2. That haul at Tegal
haul is the commemoration of a great person's death. it's just like tahlilan but with a bigger scale.
i attended a haul in tegal (i used to be there with my grandpa long long time ago. miss him so much. and lately i go with my mom. but not in this occasion). There was Habib Umar Jailani also. in the morning before the main ceremony, Habib Umar and some other Habaib was in the house where i slept as we hold a little prayer there. Before the prayer ends, i was asked to recitate something. I was so brave to pick the poem at that time, that i have never ever read it anywhere before. but it went great. Habib Umar enjoyed my recitation so so much much (i'm being lebay. hahahahaha). and that was very memorable. I've been a munsyid (wikipedia said: Orang yang menyanyikan nasyid biasanya disebut munsyid, sedangkan arti munsyid itu sendiri adalah orang yang melantunkan atau membacakan syair) for about 8 years and i've been doing it in front of thousands of people in so many occasions, but it's never been this memorable. it's still fresh in my mind how Habib Umar raised his hands, closed his eyes, moves his head left and right in joy while listening to my recitation. I can even remember Habib Bagir Atthas smiled at me at that time :D. that's wonderful :D.

3. My Sister's marriage
January 3rd, 2010 was the date. less than a month before, i got an accident. i broke my palm and hurt my knee. there was a pin in my left palm that made me look like wolverine. hahahahaha.. After that accident, my movement was very limited since i have to use a kind of holder in my right leg. only that makes me help all the wedding process. hahahaha.. So i was given a job that suits my condition: manage the invitation cards. give names, put it inside a plastic, classify it.

enough blubbering. what makes me happy are: guests, maulid in the akad nikah (one of the best akad nikah i ever attended. moreover, i sit next to ami syech and even make a duet throughout the maulid. hahahaha.. nice one), people's response, and how it went very fruitful. people said that my sister's wedding was spectacular. masjid Assegaf was so full that some people even sit in the 2nd floor (around 1000 people maybe). it's not that we're being excessive or royal,, no. but my AA family was huge itself (huge and i mean it. more than 200 of the attendant can be called "family"). moreover, my mom and dad are a very sociable, so they have a hell lot of friends and relatives. so it makes sense that the number of people was so huge.

4. Jawa Timur Tour :D
wakakakakaka... this one was hilarious :D. finally high school ends :D. me and 3 of my friends decided to take a trip to jawa timur for ziarah. We visited surabaya, gresik, bangil, pasuruan, malang and we visited some Habaib all along. a wonderful trip. full of laugh and stupid yet crazy things, but it's a purposeful one.

5. ISDC break
i'm a debater. i started my debating career at senior high school from the first grade. ISDC is the dream of every indonesian senior high school debater and by the blessing of Allah, i made it. I was the best in my provincial selection beating my arch rival and my compatriot. In the national level, i made it through the top 24 best ranked 12. In the top 9 selection i was a bit unfortunate finishing at the 11th position. but all in all it was wonderful. throughout my debating career, i won 7 debating competition with some best speaker predicates along. high school is just wonderful :D

6. Smansa
it was a great achievement for me to be able to enter smansa since at the beginning, some people (a close one) doubt my ability. i come there easily, stamped my mark there, and graduated excellently.

that's all for now :D. for the upcoming list will be: my graduation, my first job, "that thing", the day when i propose a girl to marry me (wakakakakakaka), and my marriage :D. further on will be my first child, promotions, and the list goes on and on. may Allah always give me a wonderful life and guide me to thank Him whatever happen in my life. Amin.